Rokok Membunuh Lima Juta Orang Tiap Tahun

VIVAnews – Tembakau atau rokok membunuh separuh dari masa hidup perokok dan separuh perokok mati pada usia 35 – 69 tahun. Data epidemi tembakau di dunia menjunjukkan tembakau membunuh lebih dari lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut terus, pada 2020 diperkirakan terjadi sepuluh juta kematian dengan 70 persen terjadi di negara sedang berkembang.

Menteri Kesehatan Endang R. Sedyaningsih mengatakan tingginya populasi dan konsumsi rokok menempatkan Indonesia menduduki urutan ke-5 konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang dengan perkiraan konsumsi 220 milyar batang pada 2005.

Padahal rokok atau tembakau dapat mengakibatkan berbagai penyakit tidak menular seperti jantung dan gangguan pembuluh darah, stroke, kanker paru, dan kanker mulut. Di samping itu, rokok juga mengakibatkan penurunan kesuburan, peningkatan insidens hamil diluar kandungan, pertumbuhan janin (fisik dan IQ) yang melambat, kejang pada kehamilan, gangguan imunitas bayi dan peningkatan kematian perinatal.

Rokok mengandung lebih dari empat ribu bahan kimia, termasuk 43 bahan penyebab kanker yang telah diketahui, sehingga lingkungan yang terpapar dengan asap tembakau juga dapat mengakibatkan bahaya kesehatan yang serius, kata Endang yang dikutip dari situs Departemen Kesehatan.

Di masa mendatang masalah kesehatan akibat rokok di Indonesia semakin berat karena 2 di antara 3 orang laki-laki adalah perokok aktif. Lebih bahaya lagi karena 85,4 persen perokok aktif merokok dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam keselamatan kesehatan lingkungan. Selain itu, 50 persen orang Indonesia kurang aktivitas fisik dan 4,6 persen mengkonsumsi alkohol, kata Endang.

Lebih 43 juta anak Indonesia serumah dengan perokok dan terpapar asap tembakau. Padahal anak-anak yang terpapar asap tembakau dapat mengalami pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena bronkitis dan infeksi saluran pernapasan dan telinga serta asma.

”Kesehatan yang buruk di usia dini menyebabkan kesehatan yang buruk di saat dewasa,” katanya.

Dengan mengutip data The Global Youth Survey Tahun 2006, Endang  menambahkan 6 dari 10 pelajar (64,2 persen) yang disurvei terpapar asap rokok selama mereka di rumah. Lebih dari sepertiga (37,3 persen) merokok, bahkan 3 di antara 10 pelajar atau 30,9 persen pertama kali merokok pada umur di bawah 10 tahun.

Menurut Menteri Kesehatan meningkatnya jumlah perokok di kalangan anak-anak dan kaum muda Indonesia karena dipengaruhi iklan rokok, promosi dan sponsor rokok yang sangat gencar.

Konsumsi rokok menimbulkan kerugian langsung bagi perokok dan keluarganya, terlebih bagi keluarga miskin. Rata-rata pengeluaran keluarga miskin untuk konsumsi rokok cukup besar. Alih-alih untuk perbaikan gizi keluarga dan pendidikan anak, justru pendapatan yang terbatas dibelanjakan untuk rokok, ujar Endang.

Padahal dengan mengurangi konsumsi rokok di kalangan keluarga miskin, maka subsidi pemerintah untuk pelayanan kesehatan yang menderita penyakit-penyakit akibat rokok dapat dikurangi, kata Endang.

Selanjutnya Endang mengajak dan menghimbau seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama melindungi generasi muda dari bahaya asap rokok.

”Marilah menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas asap rokok, sehingga generasi muda kita dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang utuh, berkualitas dan siap membangun negara  Indonesia,” katanya.

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, secara jelas menyatakan pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif (yang meliputi tembakau dan produk yang mengandung tembakau) harus memenuhi standar dan atau persyaratan yang ditetapkan. Selain itu, setiap orang yang memproduksi dan atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan. Dalam UU itu juga mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok guna melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok.

Terpopuler: Pengemudi Fortuner Pelat Dinas TNI Ditangkap, Negara yang jadi Medan Perang Dunia III
Rossa

Hal Ini Buat Rossa Disangka Segera Nikah

Sayangnya, Rossa tidak memberikan klarifikasi lebih lanjut terkait makna sebenarnya dari caption tersebut.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024