Profesor Harvard Pilih Busway Daripada MRT

Maket MRT Jakarta
Sumber :
  • MRT Jakarta

VIVAnews - Pakar kebijakan publik dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Tony Ibanez, menyatakan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) untuk mengatasi masalah kemacetan Jakarta bukanlah jalan terbaik. Dia justru lebih mendukung langkah revitalisasi busway TransJakarta yang dia nilai lebih pas untuk karakter kota dengan luas wilayah dan penduduk sepadat Jakarta.

"Biaya pembangunan MRT itu mahal, per 1 kilometer Rp1 triliun, tapi hanya mampu melayani sedikit saja dari demand yang ada. Target penumpang MRT itu 200-300 ribu orang per hari, sementara pada 2012, ada 37 juta perjalanan tiap hari di Jakarta. MRT hanya bisa melayani 1 persen saja," katanya.

Ibanez menilai TransJakarta merupakan sarana transportasi yang sangat baik untuk Jakarta, sebab bisa dibangun dengan cepat dan terdapat begitu banyak rute untuk jalurnya.

"Sayangnya, saat ini TransJakarta masih beroperasi di bawah kemampuan sesungguhnya. Masalah ini sebenarnya mudah diatasi, seperti salah satunya menambah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas untuk TransJakarta," kata Ibanez di acara Media Gathering MTI di Kantor Pusat Pelestarian, Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Kamis, 23 Juni 2011.

Dalam kesempatan itu, Ibanez pun mengungkapkan tidaklah mungkin mengatasi masalah transportasi dengan melakukan pembangunan sarana transportasi yang baru. "Memperbaiki infrastruktur yang sudah ada dan meningkatkan efisiensi adalah jalan yang paling baik," katanya.

Sementara itu, berbeda dengan Tony, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit mengatakan kebutuhan masyarakat akan TransJakarta maupun MRT adalah sebanding. Alasannya, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

"Keunggulan MRT adalah kemampuannya untuk mengubah tata ruang kota. Pengembangan kawasan di stasiun itu poin pertama MRT, ini yang penting. Jika tata ruang amburadul, itu juga percuma," jelas Danang.

Danang melanjutkan strategi jangka panjang MRT adalah mengintegrasikan sistem transportasi dengan tata ruang Jakarta. Karena, apabila hanya mengandalkan MRT--yang target daya angkut penumpangnya per hari hanya 750 ribu orang saja--jelas tidak akan mencukupi.

"Kuncinya menggabungkan daya angkut dan pengembangan kawasan di sekitarnya. Inovasi seperti ini yang kita inginkan, maka Busway dan MRT harus saling melengkapi," jelas Danang.

Danang mengungkapkan, MRT juga tak boleh hanya mengandalkan pendapatan dari tiket saja, melainkan juga dari pendapatan properti, paling sedikit 40 persen. "Bahkan, di Hongkong bisa mencapai 90 persen dari pendapatan sewa toko, dan lainnya," kata Danang. (kd)

Pelaku Ditangkap, Begini Modus Sopir Taksi Online Todong Penumpang Rp 100 Juta
Penyelundupan Pil Koplo di Lapas Yogyakarta (dok istimewa)

Pengunjung Coba Kelabui Petugas Lapas Yogyakarta Simpan Pil Koplo di Betis, Malah Ketahuan

Petugas Lapas Kelas IIA Yogyakarta menggagalkan dua kali penyelundupan pil koplo dari pengunjung kepada warga binaan, salah satunya bermodus menyembunyikan pil di betis.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024