- VIVAnews/Fajar Sodiq
VIVAnews - Indonesia Police Watch (IPW) melihat kasus penembakan di Pos Polisi Singosaren, Jalan Rajiman Serengan, Solo, tidak ada kaitannya dengan pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta.
Menurut Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, kasus penembakan di Solo merupakan kriminal murni. Sangat berlebihan bila ada pihak-pihak yang menuding bahwa kasus ini ada kaitannya dengan Pilkada.
"Kasus ini murni kriminal biasa. Kalau ada yang mengait-kaitkannya, itu terlalu berlebihan," katanya.
Dia menjelaskan, kasus Solo bisa saja terjadi, karena reaksi kekecewaan dan kekesalan sekelompok masyarakat terhadap sikap serta kinerja polisi di kota itu. Karena itu, kasus penembakan ini harus diungkap secara cepat.
Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Hadjriyanto Thohari, juga memastikan bahwa kasus ini kriminal murni dan terlalu spekulatif jika ada yang mengaitkan peristiwa teror bom dan penembakan di Solo sebagai ajang black campaign terhadap Joko Widodo. Pengungkapan secara cepat oleh aparat keamanan sangat diperlukan.
"Kami meminta aparat kepolisian segera bertindak untuk menangkap pelaku dan mengusut dengan tuntas. Ini hanya peristiwa kriminal biasa," kata Hadjrianto.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar menegaskan, insiden Solo adalah kriminal murni. Polri tidak mencium adanya aroma politik dalam kasus tersebut.
"Sejauh ini kami belum melihat berkaitan dengan masalah-masalah politik. Kami harus proporsional melihat peristiwa yang ada," kata Boy.
Boy menegaskan, Polri tidak ingin terjebak dalam spekulasi atau pemikiran yang tidak dilandaskan pada fakta. Menurut dia, kasus di Solo adalah kejahatan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan teror.
"Hasil yang kami peroleh belum ada kaitan dengan politik atau pemilukada," ujarnya. (art)