Kronologi Pencabulan Siswi SMAN 22 Jakarta oleh Wakil Kepsek

Ilustrasi pelecehan seksual.
Sumber :
  • VIVAnews/ Faddy Ravydera
VIVAnews
Bea Cukai Kalbagsel Musnahkan Barang Kena Cukai Ilegal Senilai 7 Miliar Rupiah
- Siswi SMA 22 Jakarta, MA (17), mengaku mendapat perlakuan asusila dari seorang guru sekaligus Wakil Kepala Sekolah berinisial T. MA mengaku diminta melakukan oral seks sebanyak empat kali oleh T yang telah nonaktif tersebut. Keluarga MA telah melaporkan guru tersebut ke polisi.

Mantan Komandan IDF Sebut Netanyahu Bikin Israel Semakin Terpuruk

Kepada
Pakaian Dalam Asal Bantul Siap Bersaing di Amerika dan Inggris
VIVAnews , MA mengaku perbuatan asusila itu mulai dia alami pada 26 Juni 2012. "Saya dibawa ke Ancol oleh Pak T. Dia telepon sekitar jam tiga meminta bertemu, katanya ada hal penting yang harus dibicarakan," kata MA, Jumat malam, 1 Maret 2013.


Saat itu, kata MA,  T meminta bertemu di tempat yang jauh dari sekolah maupun rumahnya.  T meminta MA menunggunya di dekat kantor Bank Central Asia (BCA) Utan Kayu. Maka, bertemulah MA dengan  T di tempat yang disepakati itu. "Lalu kami mengisi bensin di Cempaka Putih. Di dalam mobil, tangan saya dipegang-pegang, dicium," tutur MA.


Setelah tangki bensin terisi, mobil yang ditumpangi keduanya meluncur ke kawasan Ancol, Jakarta Utara. Di tempat itu, guru T mengajak MA makan pizza. T juga mengajak MA berjalan-jalan. Namun tiba-tiba T memarkir mobilnya di tempat yang gelap.


"Dia kemudian bilang, jadiannya tanggal segini. Saya bingung apa maksud jadiannya tanggal segini itu. Lantas dia minta saya mencium kemaluannya. Saya diminta oral seks dengan tangan. Setelah itu, dia mengelapnya pakai tisu," kata MA.


Setelah melakukan oral seks itu, MA diajak pulang. Namun, MA tidak diantar hingga ke rumah. T menurunkan MA di Cempaka Putih. "Saya diberi uang Rp50 ribu. Saya disuruh pulang naik taksi, tidak diantar," katanya.


Tak hanya sekali itu saja. T kembali menghubungi MA pada bulan Juli. Pertama, T membawa MA ke Sentul dengan dalih membicarakan masalah ekstrakurikuler sekolah. MA mengaku terpaksa memenuhi permintaan itu, sebab T mengancam nilainyaa akan dibuat jelek dan ijazahnya akan ditahan.


"Saya takut. Saya ikuti apa maunya dia, ke Sentul. Saya diajak jalan-jalan, makan di Bakmi Kelinci. Setelah itu dia menawarkan saya untuk belajar mobil Toyota Avanza miliknya," kata MA. Namun, MA menolak tawaran tersebut.


Kemudian, masih di hari yang sama, MA diajak ke mal. Mulanya MA dijanjikan akan dibelikan baju, namun batal karena T takut kelakuannya diketahui orang lain. T terus membawa MA berjalan-jalan. "Kemudian berhenti di tempat yang gelap, dia buka celana dan minta saya untuk melakukan perbuatan yang sama seperti di Ancol," ujar MA.


Setelah itu, meluncurlah mobil itu ke arah Jakarta. Lagi-lagi, sang guru tidak mengantar MA ke rumahnya. Dia menurunkan MA di jalan dan memberikan uang Rp50 ribu untuk naik taksi.


Karena dua peristiwa yang menurutnya menjijikkan itu, MA menjadi trauma. Dia takut. Namun, belum hilang rasa trauma itu, T kembali menghubunginya. T kembali mengajaknya ke Ancol dengan dalih sama, membicarakan hal penting. "Dengan segala yang saya ingat seperti itu, saya dipaksa lagi," kata dia. "Setelah dari Ancol, saya diturunin di Cawang."


Masih di bulan Juli. Setelah tiga kali diperlakukan secara asusila itu, MA kembali dihubungi T untuk keempat kalinya. Namun, kali ini tidak dibawa ke Ancol maupun Sentul. MA mengaku dibawa oleh T ke rumahnya, di Bekasi, Jawa Barat. "Di rumahnya, dia memaksa saya lagi," kata MA.


Sebelumnya,  T sudah menyampaikan bantahannya atas tudingan ini. Menurut dia, antara dirinya dengan MA tidak ada hubungan apa pun. MA, kata  T, justru memiliki hubungan khusus dengan Y, rekan kerjanya di SMA 22 Jakarta. Baca selengkapnya . (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya