Sumber :
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVAnews
- Pertumbuhan pusat perbelanjaan di Jakarta semakin tidak terkendali. Banyak kawasan yang awalnya tidak direncanakan untuk mal, kini sudah penuh mal. Pembangunan mal dianggap sebagai salah satu sumber kemacetan.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama mengatakan, dirinya dan Jokowi memang tidak antimal. Pembangunan pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan harus menjadi pelajaran penting. Karena itu, Pemprov DKI menetapkan moratorium sementara pembangunan mal di Jakarta.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama mengatakan, dirinya dan Jokowi memang tidak antimal. Pembangunan pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan harus menjadi pelajaran penting. Karena itu, Pemprov DKI menetapkan moratorium sementara pembangunan mal di Jakarta.
"Kalau mau bangun mal boleh saja. Tapi di Marunda atau di Jakarta Timur. Lahannya masih kosong, masalahnya pengusaha mau tidak," katanya di Balaikota, Rabu, 18 September 2013.
Menurut Ahok, pengusaha akan tetap membangun mal di wilayah strategis seperti Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Tapi dipastikan bahwa Pemprov DKI akan menolak permohonan izin itu dengan beberapa alasan.
"Untuk Jakarta Selatan itu sudah menyalahi aturan dari awal. Wilayah ini dari dulunya disiapkan untuk wilayah resapan. Makanya jalan dibuat kecil-kecil. Kita berusaha kembalikan pada fungsi awalnya," katanya.
Ditambahkan Ahok, pembangunan mal di wilayah Jakarta Selatan dan Pusat hanya bisa dilakukan untuk izin yang sudah dikeluarkan gubernur terdahulu. Karena, izin yang sudah keluar tidak mungkin bisa ditahan.
"Kami tahan izin yang belum keluar," katanya.
Sementara untuk wilayah Jakarta Pusat, pembangunan mal boleh dilakukan setelah transportasi publik berjalan normal. Seperti di Inggris, pengujung mal datang menggunakan transportasi massal karena pusat belanja tidak menyediakan tempat parkir.
"Yang datang pakai transportasi masal. Kami mau kaya gitu. Kalau semua bikin tempat parkir bikin tambah macet, orang pasti pakai mobil dan bikin macet," ujarnya.
Dari data yang ada pada tahun 2012, tercatat Jakarta Selatan memiliki jumlah mal terbanyak, dengan 26 mal. Jakarta Pusat 20 mal, Jakarta Barat dan Utara masing-masing 10 mal dan Jakarta Timur 9 mal. (sj)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Kalau mau bangun mal boleh saja. Tapi di Marunda atau di Jakarta Timur. Lahannya masih kosong, masalahnya pengusaha mau tidak," katanya di Balaikota, Rabu, 18 September 2013.